MENGAPA KITA BERBEDA ?


Saya duduk di kursi sebuah cafe berdinding kaca di salah satu tempat yang cukup ramai di kota jogja. saya bisa melihat orang berlalu lalang disini. ada yang berjalan sendiri, dengan teman, ataupun keluarga mereka. mengobrol satu sama lain ataupun melakukan komunikasi dengan gandet ditangannya. ada yang berpenampilan santai, menggunakan jas, atau bahkan sebuah baju yang murahan. bermacam-macam. oke. saya kurang kerjaan. sangat.
tapi, ada satu hal yang membuat saya bertanya, mengapa mereka berhenti di tempat yang berbeda?
anda bingung?. coba ikuti jalan pikiran saya.
setiap orang terlahir dengan kondisi yang sama. lunak, rapuh, tidak bisa berjalan ataupun berbicara. apalagi berpikir. di saat mereka lahir, mereka dalam level yang sama. level nol. lalu, mereka mempelajari kehidupan. dari hal dasar, seperti berbicara, berjalan, berlari, makan, dll. disini, semua manusia melaluinya dengan mudah karena memang ini level dasar. lalu mereka menaiki level selanjutnya, mereka belajar berfikir. tentang menyelesaikan kebutuhan dirinya sendiri. oke, disini mulai berbeda. manusia akan berhenti dikejauhan yang beragam disini. adanya pengangguran dan CEO adalah contoh perbedaannya. pengangguran berhenti lebih dulu dari para CEO itu. orang bilang ini masalah takdir. aku tak percaya takdir. ya, meski aku sering mengucapkanya, tapi aku tak mempercayainya dalam hal ini. jika saja kau berada dalam posisi pengangguran, apakah kau akan menyalahkan takdir?. iya?. jangan pernah lakukan lagi. apakah dengan menyalahkan takdir, maka takdir itu akan berubah? apakah dengan menyalahkan takdir akan ada sesuatu yang menjadi lebih baik?. tidak. salahkan dirimu sendiri. apa kau lupa, kau adalah tokoh utama dalam hidupmu sendiri. kau yang mengatur, dan kehidupanmu adalah alat. Alat yang sesungguhnya bisa kau gerakkan, kau control sendiri. tapi, masalahnya adalah, banyak orang tak mampu memegang stir control nya sendiri.

kenapa tidak?. takut. mereka takut membuat keputusan dan mengambil langkah, lalu mereka akan berhenti di tempat dengan dalih ‘jika memang sudah waktunya, takdir baik pasti datang kok’ perkataan macam apa itu? sebagai seorang tokoh utama pantaskah seseorang berkata seperti itu? memalukan.

kau tahu apa yang membuat orang takut menggenggam stir-nya sendiri? seperti halnya mobil. saat kau ingin menjalankan mesinnya kau perlu menyalakannya dulu. apa alatnya? kunci. tapi,  kunci ini transparan. tapi semua tahu kunci itu ada. tak jauh dari sana.
perumpamaannya, setiap kau gagal menebak tempat kuncinya, kau harus memotong satu jarimu. horror ya?. tenang, karena sebelum kau boleh menebaknya, kau diberi pilihan. pertama, kau boleh mencobanya berkali-kali, tapi harus kesakitan dan bergerak lagi ketika kau kehilangan jarimu. tapi, jika kau memilih ini, kau tak boleh berhenti hingga kau kehabisan jari. kedua, kau boleh keluar dari mobilmu dan pergi ke bengkel mobil yang berada di atas gunung berkilo-kilo meter dari posisimu dengan mendorong mobilmu untuk meminta kunci yang terlihat, ketiga, kau boleh menunggu dalam mobil sampi seseorang mengetuk kaca mobilmu dan berharap dia tahu tempat kuncimu berada.
jika diaplikasikan ke kehidupan nyata. pilihan pertama, adalah pilihan untuk terus mencoba tapi tak memiliki ilmu sebagai dasarnya. kata lainnya, coba-coba. orang tipe ini adalah dia yang mencoba dengan bermodal nekat dan keberanian. dia berani mengambil resiko, berani jatuh, tapi juga berani untuk bangkit. Itu adalah sikap yang bagus. sayangnya, dia bagaikan orang buta yang memasuki bioskop, bagusnya, dia berani memilih untuk mempertaruhkan apa yang dia miliki -atau dengan kata lain berani berkorban.
pilihan kedua, adalah pilihan orang yang memilih untuk berhenti, menghilang dari panggungnya demi mencari pengetahuan yang ingin dia miliki. disini, orang itu harus mengorbankan waktunya. dia harus rela menghilang untuk sesaat pada acaranya sendiri. terlihat pilihan yang paling baik kan?. ya, menurutku juga begitu. tapi, tak semua orang yang tahu itu mengambil pilihan ini. kenapa?. karena ini butuh waktu. karena ini butuh proses. karena ini butuh tekad dan usaha otak. dan itu membosankan. melelahkan -bagi sebagian orang.
pilihan ketiga, adalah plihan yang paling banyak orang tahu itu salah tapi justru paling sering ditemukan dimana-mana. nama lain pilihan ini adalah, menunggu nasib. memang paling enak di pilihan ini. mereka tinggal duduk dan menikmati langit tanpa harus berjuang apa-apa seperti dua pilihan sebelumnya. pertanyaannya, mau sampai kapan?. yaa… tunggu Saja.

semua orang tahu di Indonesia banyak sekali pengangguran. pernakah kau mendengar bahwa para rakyat ini sering mengeluhkan akan tidak adanya lapangan kerja?. akan tidak adanya fasilitas dari pemerintah?. yang kusesalkan, mengapa mereka harus menyalahkan orang lain?. Apakah dirinya sendiri terlalu benar untuk disalahkan?
>>baca kelanjutannya di judul Kita dan Pemerintah

ulrich

No comments:

Post a Comment

Instagram