sekarang ini, dimana-mana orang membicarakan generasi muda yang rusak moralnya, yang tak memiliki harapan, yang hanya menjadi sebuah kesalahan. Kawan, akankah kita terus diam ketika orang mengatai kita seperti itu? puaskah kau menjadi seperti apa yang mereka katakan tentang-mu?
Membicarakan
pemuda bangsa ini, pasti terdengarlah kata-kata ‘moral rusak’ ‘tanpa harapan’
‘tak punya kepedulian pada bangsa’ dan lain sebagainya. Miris mengungkapkan hal
ini. Tapi, kita tak bisa mengelak dari kenyataan, memang itulah nyatanya.
Kenapa hal itu bisa terjadi? Apakah ini sebuah kesalahan? Tidak. Menurutku
tidak. Inilah dampak yang wajar melihat arus globalisasi yang terus mengalir.
Lalu apa yang salah? Yang berhak disalahakan bukanlah para pemuda, bukan para
guru ataupun orang tua. Yang salah adalah orang yang beranggapan bahwa pemuda
Indonesia telah rusak.
Orang
yang beranggapan seperti itu, akan terus membicarakan hal itu, mengatakannya
pada orang lain, dan terus menyinggungnya. Lalu, terdengarlah kata-kata buruk
itu di telinga para anak muda. Dan
karena tidak hanya satu orang yang berkata seperti itu, para anak muda
memutuskan percaya bahwa hal itu benar. Lalu, menyesuaikan diri secara tidak sengaja menjadi seperti apa yang
dikatakan orang-orang tentangnya. Jangan pernah salahkan jika semua ini benar
adanya. Ada sebuah obserasi yang mengatakan bahwa anak lebih banyak mengingat
komentar buruk tentangnya daripada pujian untuknya.
Ini
sebagai jendela baru bagi para generasi yang memimpin, para generasi yang
menjadi orang tua dan pendidik, bahwa kalian adalah pembimbing, kalian
penuntun. Setiap kata dan tindakan kalian adalah contoh. Dan semua itu sangat
berpengaruh pada generasi muda.
Dan
untuk generasi muda, yakni kawan-kawanku diluar sana, kita adalah bangsa yang
satu, ingatkah kita akan bahwa kemerdekaan bukanlah hal yang mudah seperti
hanya menggesek kartu kredit?. Hal yang hanya satu-satunya ada di setiap
manusi, hal yang sangat berharga di relakan, dipersembahkan oleh berjuta
pendahulu kita untuk melawan penjajah dan memberikan bangsa ini kemerdekaan.
Untuk siapa semua itu? Bukan untuk mereka, Karena mereka telah memberikan nyawa
mereka, kehidupan mereka. Tapi untuk kita. Dan pantaskah kita hanya
melenggangkan kaki seenaknya dan melupakan mereka, bahkan hadiah yang mereka
berikan pada kita?. Jangan menjadi orang munafik yang berpura-pura lupa dari
mana kita berasal.
Hai
Para pemuda, mungkin kau berpikir bahwa dirimu bukanlah orang penting dan tak
perlu melakukan apa-apa karena kau tak memiliki bakat seperti yang lainnya.
Apakah kalian lupa, Bahwa Negara ini bukan hanya milik mereka yang selalu mendapat trofi dan medali sedari kecil? Indonesia ini milik kita. Dan dengan bersatu, ayo bersama-sama kita
naikkan lagi sang saka merah putih. Karena 99 orang tanpa kau tak akan pernah
menjadi 100. Bangsa Indonesia tanpa kalian tak akan menjadi bangsa utuh yang
sebenarnya.
Pertanyaan selanjutnya yang akan muncul adalah, bagaimana
kita akan memulainya? Tenang. Pertanyaan itu memang soal yang selalu menghambat
kebanyakan orang dalam melangkah. Dari beberapa orang yang kutemui, kebanyakan
mereka menjawab “sebenarnya aku sudah ada niat untuk melakukan itu dari dulu,
tapi aku belum menemukan apa yang harus kulakukan terlebih dahulu sampai
sekarang”. Apakah itu yang akan menjadi
jawabanmu?
Sekarang, mari kalian lupakan sejenak semua pertanyaan
yang ada. Lalu, amatilah sekitar. Amati kondisimu. Keadaanmu. Lingkunganmu.
Kebiasaanmu. Sekolahmu. Setelah itu, Perhatikan lagi, Apa yang membuat orang
yang kamu anggap keren itu melakukannya dan kamu tak melakukannya. Sejatinya,
setiap hari kita menemukan jalan menuju impian kita, tapi kita sendirilah yang
menutup pandangan ke jalan itu. Bukan uang, kondisi keluarga ataupun bakat yang
membedakanmu dengan mereka yang kau anggap hebat. Setiap orang memiliki
kelebihan. Menjadi orang hebat atau tidaknya seseorang tergantung ia
menggunakan kelebihannya atau tidak. Pada intinya, semua kembali pada diri kita
sendiri.
Ada satu hal penting yang harus kamu miliki sebelmu semua
ini kau lakukan. Kepercayaan. Pertama-tama kau harus percaya bahwa dirimu itu
bisa. Dirimu mampu. Jangan pernah meletakkan keraguan dalam hatimu, karena,
sedikitpun keraguan itu ada, kau akan kewalahan dalam menuju impianmu. Yang
terpenting adalah percaya dahulu. Jika dirimu sendiri saja tidak yakin,
bagaimana kau bisa meyakinkan orang lain?
Wahai pemuda, aku kirimkan surat undangan padamu, bahwa
15 tahun lagi, mari kita bersama-sama berdiri dan saling berpegang tangan.
Diatas tanah air kita, di bawah langit sang merah putihkita. Dan didepan beribu
mata bangsa Indonesia. Bahwa kini, waktu kita tiba. Bahwa kini, kita adalah
menunjukkan pada dunia. Menjadi bukti bahwa persatuan bukanlah hal yang tidak
mungkin. Bahwa pandangan mereka bahwa kita tidak mampu adalah salah.
Ingatlahlah undangan ini. See you on the top!
Gisella Ulrich
No comments:
Post a Comment