Sabtu

Jika besok aku lupa, tolong ceritakan kembali cerita-cerita kita, momen-momen kita yang pernah kita lewati. Semua kejadian kita, toling ingatlah.
Dan ceritakan padaku.
--
Sosok itu berkelebat dalam pikiranku. Menciptakan refleksi-refleksi semu yang membangkitkan sebagian ingatan yang tersimpan didalam tumpukan memory traces. Sebenarnya ragu aku ingin mempercayainya, tapi mau bagaimana lagi? Hanya itu harta berharga yang kumiliki.
Jangan memintaku untuk mendefinisikan sosok itu dalam satu kata. Kau tau? Ini sulit. Sulit untukku memilah-milah mana bagian memoriku yang berupa ingatan dan mana yang ilusi. Semua  bayangan yang seharusnya berbeda bentuk itu saling berbenturan dan benar membuatku bingung. Sedih? Iya. Karena bagiku, harta paling berharga pada hidup seseorang adalah ingatan. Setiap kita mengalami momen indah, kita akan meninggalkan sebuah ingatan dan akan tersimpan pada ruang otak yang terlampau lengang itu. Dengan bantuan panca indera kita menangkap momen itu dan dengan perasaan kita melengkapi ingatan kita dengan kesan.
Lalu bagaimana rasanya jika bahkan dirimu sendiri, sebagai satu-satunya orang yan memiliki simpanan lengkap momen-momen indah dihidupmu itu tak bisa mengingatnya? Bahkan untuk sekedar menyimpannya pun tidak.
--
Aku pernah mengira ini adalah tagihan struk dari Tuhan manusia sebagai ganti kelebihan-kelebihan yang Ia berikan pada makhluk ciptaanNya.
Dan kurasa, mungkin itu tagihan Tuhan untukku.
--
Waktu itu, aku duduk didalam ruang tunggu yang ramai oleh antrian orang-orang yang menanti namanya dipanggil. Sebenarnya sedikit tak mungkin rasanya membayangkan seorang aku yang dikatai takut berada di tempat semacam itu terlihat ikut duduk dibarisan kursi tunggu. Sendiri. Sudah berjam-jam aku disana. Sebagian besar orang-orang disekitarku adalah paruh baya. Aku bisa melihat beberapa anak muda, tapi pasti mereka sedang menemani seorang paruh baya disebelahnya. Dan aku? Anak 17 tahun yang datang sendiri dan hanya bisa diam sambil menatap layar ponselnya yang dengan yakin tak mungkin ada notif masuk. Ya, ini masih jam pelajaran disekolah. Dari sekitar jam sebelas pagi aku datang, namaku baru dipanggil enam jam kemudian.
Aku masuk kedalam ruangan yang didominasi warna putih itu. Seorang pria 30 tahunan dengan jas putih mempersilahkanku duduk. Hanya ada percakapam siangkat diantara kita. Tapi bagiku itu cukup, cukup membuatku merasa sedikit lega, cukup membuatku merasa semakin menciut, cukup.
Cukup sampai disini.
--
Bagaimana perasaanmu?
Aku merasa semakin miskin. Miskin dengan harta kehidupan yang dimiliki seluruh orang didunia ini. Miskin karena aku hanya punya sedikit. Miskin karena...
Struk tagihan dari Tuhan.


ulrich

No comments:

Post a Comment

Instagram