I wanna love myself before anyone else's

Setiap hari manusia pasti membuat keputusan. entah itu keputusan kecil seperti menentukan tempat sarapan pagi ini ataupun sebuah keputusan besar seperti menyetujui sebuah penjualan rumah tanpa ada tempat tujuan bagi dirinya sendiri. Dan kali ini saya juga telah membuat sebuah keputusan. 

Bahwa saya, mulai hari ini dan seterusnya akan lebih mencintai diri saya sendiri dari siapapun.

tampak konyol memang pernyataan ini. tak apa. saya lebih mencintai keputusan saya daripada batinan kalian semua para pembaca. haha

pernyataan lebih mencintai diri sendiri bukan berarti saya ingin menjadi orang yang lebih egois. bukan seperti itu. Walaupun dari awal saya lahir saya sudah terjun ke dalam dunia human relationship, tapi sampai sekarang saya masih merasa menjadi newbie. Truth or truth, saya punya kelemahan dibidang sosialisasi. iyaa itu.. sosialisasi yang secara otomatis menjadi kemampuan kebanyakan orang. oleh karena kesulitan saya itulah saya lebih suka melakukan segalanya sendiri, karena untuk meminta bantuan pada temanpun, terasa sangat sulit. dan justru ketika orang berusaha menunjukkan respeknya saya sewot. saya terlalu bingung untuk menyikapi perilaku orang lain hingga yang akhirnya keluar adalah kata-kata tajam yang nggak ngenakin. Karena itu terkadang saya memilih untuk diam dan hanya mengawasi. eh justru ketika saya hanya berusaha memperhatikan orang-orang takut mendekati saya karena pandangan mata saya terlalu tajam. dan karena hanya diam saja tanpa menyapa, orang-orang mengira saya dingin. ooh okelah being human is too complicated, lets be a unicorn now and fly to the dreamland syalalala~

Sewaktu saya pertama kali masuk dunia SMA -sederajat (haha), saya pernah memutuskan untuk memperbaiki tabiat saya. saya ingin berusaha untuk membaur dengan lingkaran-lingkaran pertemanan yang sangat merepotkan itu. Saya juga ingin masuk organisasi agar saya bisa belajar untuk terbiasa ditengah kerumunan manusia dan berkomunikasi dengan seharusnya. Saya berusaha mengurangi konsumsi buku-buku favorit saya yang bergenre filosofis nasionalis dan belajar membaca novel supaya bisa menjadi satu bahasan dengan teman-teman pada umumnya, belajar mengenal musik-musik yang sebenarnya tak begitu saya minati, bahkan ikut menyimak pembicaraan mereka tentang lawan jenis. Yaah dan alhasil inilah saya sekarang. meskipun masih lumayan tajem lidahnya dan ngenekin setidaknya ada laah.. kemajuan daripada yang dulu. Saya punya lingkaran pertemanan orang-orang dekat, dan setidaknya saya bisa menjalin komunikasi dalam jangka yang lumayan luas.

Tapi, saya  merasa kehilangan sesuatu yang seharusnya ada dalam diri saya. Saya merasa terlalu berusaha menjadi 'gisella ulrich' yang orang-orang harapkan. dan kehilangan 'gisella ulrich' yang diri saya sendiri kenal selama ini. Saya banyak mengorbankan dunia saya untuk berusaha masuk kedunia yang pada umumnya orang-orang jalani. Bahkan perasaan saya sendiri mulai terbiasa dengan dunia yang pada umumnya itu. Saya terlalu peduli apa kata orang, ingin menjadi seperti orang yang kebanyakan inginkan, jaga imej, mudah sakit hati, suka membuang-buang waktu untuk hal-hal sepele yang membosankan, terpaksa ini ataupun itu. Bahkan saya sendiri bermain-main pada rasa 'suka' sampai kebablasan. yaah tidak berarti semua perubahan itu buruk. Justru saya ingin mengucapkan banyak-banyak terima kasih pada semua orang yang terlibat. bahwa karena mereka semualah, saya kini paham harus seperti apakah masa muda saya akan saya jalani kedepannya.

Saya tak akan peduli komentar orang-orang tentang diri saya. saya percaya dan akan menganut relatifitas pada semua kebenaran, kecuali kebenaran agama yang mutlak. Saya akan berteman karena saya memang ingin melakukan itu pada orang tersebut, tak peduli seberapa buruknya orang itu dimata kebanyakan orang, saya tak akan berteman untuk mencari kemudahan dan keuntungan diri semata, saya ingin bertindak semau saya, apa yang saya anggap benar maka bagi saya benar, tak peduli semua orang menghina saya dan menjadikan saya bahan gunjingan dengan 'kelompok'nya masing-masing hanya karena ketidakwajaran pada umumnya, saya ingin menyukai orang yang saya sukai dan memperhatikannya karena saya memang ingin melakukan itu, tanpa meletakkan sedikitpun harapan bahwa dia akan membalas semua perhatian saya dan dianggap seperti orang bodoh oleh orang lain, saya tetap akan menyukai keputusan yang saya buat ini, meski banyak komentar negatif nantinya, saya akan beribadah karena saya butuh pada Nya, bukan karena saya harus melakukannya lebih-lebih lagi hanya karena label lulusan pesantren, saya akan berbuat baik karena saya ingin melakukanya, bukan karena saya ingin menjadi orang baik. Apa yang menjadi prinsip saya akan selalu menjadi prinsip saya, karena itulah satu-satunya yang akan saya miliki secara utuh. Tanpa penawaran.

Karena saya tak ingin berlarut-larut didalam fenomena krisis-identitas ini

Because i am mine
Before i am anyone else's.

ulrich

No comments:

Post a Comment

Instagram